Sinetron Cerita di Bumi: Pasundan Menggali Budaya Jawa Barat
KETIKA layar televisi kita dijejali sinetron bertema percintaan atau konflik rumah tangga yang notabene lebih menjual dari sisi komersial, sebuah terobosan berani ditunjukkan rumah produksi Sekarwangi untuk membidani cerita yang mengetengahkan budaya Sunda.
Sinetron yang dibuat dalam 6 episode dan rencana tayang di TVRI Pusat Jakarta itu bertajuk Cerita di Bumi Pasundan dan disutradarai Barno. Sinetron tersebut kini tengah dalam penggarapan dengan mengambil lokasi syuting di Kabupaten Sumedang.
Uniknya, selain dibintangi sejumlah pemain asal Bandung seperti Ainun Azhar, Jerry Stevanno serta Dily Kristira, dalam sinetron tersebut juga turut berperan Wakil Bupati Sumedang, Taufik Gunawansyah, S.I.P.
Menurut sang penulis, Yan Daryono, tujuan dibuatnya sinetron tersebut selain untuk memperkenalkan budaya Tatar Parahyangan, juga sebagai upaya membendung arus globalisasi yang membuat pergeseran kecintaan budaya di kalangan generasi muda.
"Saya punya ide membikin sinetron ini ketika melihat banyaknya anak muda yang seakan berkiblat pada kebudayaan Barat. Padahal, masyarakat Barat sendiri banyak yang mengagumi dan mencintai kebudayaan negeri ini," terangnya saat ditemui di lokasi syuting area Kantor Bupati Sumedang, Sabtu (31/10).
Ia menjelaskan, tidak sedikit para turis asing itu yang datang, baik yang hanya sekadar berwisata maupun belajar ingin menekuni budaya Sunda yang semestinya kita lestarikan. "Seperti kesenian kuda renggong yang dimiliki Kabupaten Sumedang. Itu merupakan kesenian yang disukai orang asing dan patut kita lestarikan," sebutnya.
Di tempat yang sama, Wabup Taufik Gunawansyah mengaku sangat tertarik dengan ide cerita ini. Karena itu, ia bersedia tampil ketika diminta menjadi salah satu bagian pendukung sinetron tersebut. "Jujur saja ini pengalaman pertama saya berakting. Melelahkan walau cuma kebagian beberapa adegan karena beberapa kali harus di-cut. Tapi saya senang karena misi dari sinetron ini untuk memperkenalkan budaya Sunda, termasuk Sumedang," paparnya.
Lebih lanjut Taufik menyatakan, tekad dan langkah Pemkab Sumedang untuk mewujudkan Sumedang sebagai puseur budaya Pasundan akan terwakili oleh sinetron Cerita di Bumi Pasundan.
"Kami mengharapkan semua elemen masyarakat Sumedang dan masyarakat Pasundan di daerah-daerah lainnya di Jawa Barat, agar terus menggali dan memelihara nilai-nilai budaya luhur masyarakat Pasundan. Kita juga berupaya mewujudkan Sumedang menjadi puseur budaya Pasundan yang akan mencakup dan memasarkan pula setiap budaya Pasundan yang ada di daerah-daerah lain di Jabar. Jadi, tidak hanya memasarkan budaya Pasundan yang ada di Kab. Sumedang," katanya.
Sedangkan menurut salah seorang bintangnya, Ainun Azhar yang berperan sebagai Ibu Wangsa, keterlibatannya di sinetron itu demi menyelamatkan seni dan budaya Sunda yang dirasa mulai tergeser budaya modern. Sebagai urang Sunda, Ainun merasa tertantang untuk ikut bertanggung jawab atas kelestarian seni dan budaya tanah Parahyangan.
"Saya ingin menjadi bagian yang bertanggung jawab sebagai orang Jawa Barat dalam melestarikan budaya Sunda. Dan, ini pun bisa kita katakan ajang silaturahmi juga," ungkapnya.
Sinetron ini dipastikan akan menarik disimak. Selain menyuguhkan cerita menarik, pengambilan gambarnya pun tampak sempurna lantaran ditangani kameramen kawakan, Topo Broto.
Cerita sinetron ini menggambarkan sosok janda bernama Ibu Wangsa, pengusaha payung Tasikmalaya mengalami kejatuhan dalam usahanya karena terlilit utangke pada rentenir. Ia memiliki seorang anak, Rudi Wangsa, seorang wartawan berpikiran kritis dan cerdas. Rudi memiliki dua orang paman yang berprofesi sebagai pemilik kuda renggong dan pengusaha pabrik tahu. Salah seorang pamanya, Pak Soleh memiliki sifat tak terpuji. Ia berupaya mennghancurkan usaha Ibu Wangsa. Bagaimana kelanjutannya, tentu bisa disimak nanti setelah pemutaran sinetron ini yang rencana dirilis sebelum akhir tahun. (mirza/"GM")**
Sinetron yang dibuat dalam 6 episode dan rencana tayang di TVRI Pusat Jakarta itu bertajuk Cerita di Bumi Pasundan dan disutradarai Barno. Sinetron tersebut kini tengah dalam penggarapan dengan mengambil lokasi syuting di Kabupaten Sumedang.
Uniknya, selain dibintangi sejumlah pemain asal Bandung seperti Ainun Azhar, Jerry Stevanno serta Dily Kristira, dalam sinetron tersebut juga turut berperan Wakil Bupati Sumedang, Taufik Gunawansyah, S.I.P.
Menurut sang penulis, Yan Daryono, tujuan dibuatnya sinetron tersebut selain untuk memperkenalkan budaya Tatar Parahyangan, juga sebagai upaya membendung arus globalisasi yang membuat pergeseran kecintaan budaya di kalangan generasi muda.
"Saya punya ide membikin sinetron ini ketika melihat banyaknya anak muda yang seakan berkiblat pada kebudayaan Barat. Padahal, masyarakat Barat sendiri banyak yang mengagumi dan mencintai kebudayaan negeri ini," terangnya saat ditemui di lokasi syuting area Kantor Bupati Sumedang, Sabtu (31/10).
Ia menjelaskan, tidak sedikit para turis asing itu yang datang, baik yang hanya sekadar berwisata maupun belajar ingin menekuni budaya Sunda yang semestinya kita lestarikan. "Seperti kesenian kuda renggong yang dimiliki Kabupaten Sumedang. Itu merupakan kesenian yang disukai orang asing dan patut kita lestarikan," sebutnya.
Di tempat yang sama, Wabup Taufik Gunawansyah mengaku sangat tertarik dengan ide cerita ini. Karena itu, ia bersedia tampil ketika diminta menjadi salah satu bagian pendukung sinetron tersebut. "Jujur saja ini pengalaman pertama saya berakting. Melelahkan walau cuma kebagian beberapa adegan karena beberapa kali harus di-cut. Tapi saya senang karena misi dari sinetron ini untuk memperkenalkan budaya Sunda, termasuk Sumedang," paparnya.
Lebih lanjut Taufik menyatakan, tekad dan langkah Pemkab Sumedang untuk mewujudkan Sumedang sebagai puseur budaya Pasundan akan terwakili oleh sinetron Cerita di Bumi Pasundan.
"Kami mengharapkan semua elemen masyarakat Sumedang dan masyarakat Pasundan di daerah-daerah lainnya di Jawa Barat, agar terus menggali dan memelihara nilai-nilai budaya luhur masyarakat Pasundan. Kita juga berupaya mewujudkan Sumedang menjadi puseur budaya Pasundan yang akan mencakup dan memasarkan pula setiap budaya Pasundan yang ada di daerah-daerah lain di Jabar. Jadi, tidak hanya memasarkan budaya Pasundan yang ada di Kab. Sumedang," katanya.
Sedangkan menurut salah seorang bintangnya, Ainun Azhar yang berperan sebagai Ibu Wangsa, keterlibatannya di sinetron itu demi menyelamatkan seni dan budaya Sunda yang dirasa mulai tergeser budaya modern. Sebagai urang Sunda, Ainun merasa tertantang untuk ikut bertanggung jawab atas kelestarian seni dan budaya tanah Parahyangan.
"Saya ingin menjadi bagian yang bertanggung jawab sebagai orang Jawa Barat dalam melestarikan budaya Sunda. Dan, ini pun bisa kita katakan ajang silaturahmi juga," ungkapnya.
Sinetron ini dipastikan akan menarik disimak. Selain menyuguhkan cerita menarik, pengambilan gambarnya pun tampak sempurna lantaran ditangani kameramen kawakan, Topo Broto.
Cerita sinetron ini menggambarkan sosok janda bernama Ibu Wangsa, pengusaha payung Tasikmalaya mengalami kejatuhan dalam usahanya karena terlilit utangke pada rentenir. Ia memiliki seorang anak, Rudi Wangsa, seorang wartawan berpikiran kritis dan cerdas. Rudi memiliki dua orang paman yang berprofesi sebagai pemilik kuda renggong dan pengusaha pabrik tahu. Salah seorang pamanya, Pak Soleh memiliki sifat tak terpuji. Ia berupaya mennghancurkan usaha Ibu Wangsa. Bagaimana kelanjutannya, tentu bisa disimak nanti setelah pemutaran sinetron ini yang rencana dirilis sebelum akhir tahun. (mirza/"GM")**
Sumber: http://www.klik-galamedia.com/indexedisi.php?id=20091101&wartakode=20091101153932
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kesediannya memberi apresiasi di blog ini.
Salam.
Damai di hati. Damai di bumi.