Sumedang Puseur Budaya Sunda - Sumedang Pusat Budaya Sunda - Sumedang Centre Of Sundanese Culture

Wakil Bupati Hadiri Upacara Nyalin Pare Dusun Lebakbiru

Upacara adat Nyalin Pare merupakan salah satu tradisi yang masih dipertahankan oleh warga masyarakat Lebakbiru Desa Pasigaran Kecamatan Tanjungsari. Kali ini Nyalin Pare digelar hari Sabtu (14/5) dan dihadiri oleh Wakil Bupati Sumedang, H. Taufiq Gunawansyah selaku Ketua Rukun Wargi Sumedang (Ruwas).

Kegiatan ritual ini dilaksanakan ketika mengawali panen raya yang ditandai dengan
menuai padi pertama menggunakan ani-ani di salah satu sudut sawah untuk kemudian diikat dan dibungkus (disalin) memakai daun sirih. Selama acara berlangsung seorang pangradin (pemimpin do’a) tidak henti-henti membacakan kalimat-kalimat yang berisi puiji-pujian dan do’a.

Turut hadir Ketua Rukun Wargi Tatar Sunda (Ruwas) Mayjen Purn. Iwan Sulanjana, Wakil Ketua DPRD Sarnata, Asisten Pembanguna Setda Dede Hermasyah, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sunarto, Kepala Badan Ketahanan Pangan Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan Wowo Sutina, Inspektur Iwa Kuswaeri, Sekretaris Bappeda Herman Suyatman, Camat Denny Tanrus, dan tamu undangan lainnya.

Menurut Ketua Adat Dusun Lebakbiru, Endang Supriatna, tradisi Nyalin Pare merupakan papakem tatali karuhun yang secara turun menurun tetap dilaksanakan sebagai kegiatan musiman. “Padi yang ditanam adalah pare ranggeuyan buhun yang umurnya sekitar 6 bulan. Setiap proses bertani mulai dari menebar benih, menanam, dan memanen tidak lepas dari kalimat-kalimat jangjawokan (jampi-jampi). Memanennya juga harus menggunakan ani-ani dan tidak sembarangan,” ujarnya.

Ditambahkan olehnya, Dusun Lebakbiru merupakan kampung adat yang dibangun oleh seorang tokoh yang bernama Eyang Sukmadirasa yang pada awalnya hanya terdiri dari 40 suhunan (rumah). “Karena perkembangan jumlah penduduk dan jaman maka jumlah rumah bertambah dan bentuknya pun berubah. Sedangkan rumah adat yang tersisa hanya tinggal dua,” ungkapnya.

Keberadaan kedua rumah adat tersebut, lanjutnya, berfungsi untuk menyimpan benda-benda bersejarah peninggalan leluhur seperti senjata (keris, pedang gobang, besi kuning), alat kesenian (rebab kuno), dan pakaian (sinjang sarung lejjer, sinjang Angkok, totopong). Oleh karena itu ia mengharapkan agar pemerintah memberikan perhatiannya demi kelestarian peninggalan-peninggalan tersebut dengan memberikan dana untuk rehab kedua rumah adat dan membangun leuit (lumbung padi).

Wakil Bupati dalam sambutannya mengharapkan agar kebiasaan masyarakat ini tidak terlupakan dan tetap diapresiasi. “Sikap masyarakat yang memegang teguh niliai-nilai tradisi dan budaya peninggalan leluhurnya harus kita apresiasi. Oleh karena itu, masyarakat seperti ini harus kita bantu agar bisa menjadi contoh bagi masyarakat lainnya,” ungkap Wabup seraya meminta kepada aparat setempat untuk mendorong keaadaan masyarakat ini agar mempunyai nilai tambah.

Di samping itu, lanjut Wabup, kegiatan seperti ini sangat sejalan dengan apa yang sedang dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten yakni Sumedang Puseur Budaya Sunda yang intinya adalah menguatkan kembali jati diri masyarakat dengan nilai-nilai Budaya Sunda. “Dengan mottonya Dina Budaya Urang Napak Tina Budaya Urang Ngapak diharapkan budaya Sunda menjadi semangat dalam membangun karakter masyarakat dan segala aktivitasnya seperti dalam kegiatan bercocok tanam ini,” jelasnya.

Sementara itu, Iwan Sulanjana dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa sebenarnya budaya Sunda dalam bertani sangat memperhatikan sekali keadaan lingkungan hidup. “Pada saat ini agrikultur modern yang banyak mengesampingkan dampak terhadap lingkungan telah menggantikan budaya tani yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat Sunda.”

Iwan mencontohkan, penggunaan pupuk kimia secara terus menerus akan berdampak buruk terhadap lahan pertanian dimana tanah menjadi keras dan produksinya lambat laun akan terus menurun. “Dengan menggunakan pupuk organik kerusakan tersebut dapat dihindari dan produksi akan lebih meningkat, “ ungkapnya.

Pada acara tersebut Wabup beserta rombongan berkesempatan menuai padi di sawah dan meninjau rumah adat yang menyimpan benda-benda pusaka.

Sumber : Bagian Hubungan Masyarakat Setda Kabupaten Sumedang

Artikel Terkait



3 komentar:

MAMAN SUHERMAN 30 Agustus 2011 pukul 08.20  
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
MAMAN SUHERMAN 30 Agustus 2011 pukul 08.23  

Contohah Jepang negera modern (industri maju) tapi tetap memelihara adat tradisionalnya, Good Luck Pa Wabub...bantosan kango Turnamen Bola Tamansari Caup II (Piala Wakil Bupati Sumedang II).

maximum speed 13 Maret 2012 pukul 19.49  

lamun sumudang dipimpin ku pamimpin anu deukeut jeung rahayat leutik, teu adigung, nyeupeung teguh norma-norma agama jeung nu pasti taat kana parentah Nu Maha Kawasa Gusti Alloh SWT, tangtu SUMEDANG bakal leuwih maju jeung berhasil dina sagala bidang....... tah pamimpin eta jigah na aya pisan dina diri kang H.Taufik Gunawansyah.
Maju terus kang Opik....

Posting Komentar

Terima kasih atas kesediannya memberi apresiasi di blog ini.
Salam.
Damai di hati. Damai di bumi.

Berita Lainnya

Catatan

Komentar Terakhir

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008. Modifikasi: Insanitis 37

Mohon maaf jika ada hak cipta yang terlanggar karena keceroboan dari tim www.taufiq-gunawansyah.com. Jika ada yang merasa terugikan, harap sudi menegur kami di Sini Terima kasih

Back to TOP